OSI model selalu tampil dalam bahasan materi jaringan komputer. Bahkan menjadi satu fondasi terpenting yang harus dipahami, terutama ketika belajar CCNA.
Padahal. Faktanya, networking model satu ini dalam prakteknya tidak digunakan, bahkan tidak pernah menjadi standar networking model.
Aneh ya?
Lantas, untuk apa kita capek capek memahami OSI model?
Dibawah kamu akan mengetahui alasannya, meski sedikit sudah saya jelaskan di bab sebelumnya.
Kali ini kita akan membahas tentang sejarah OSI model dan manfaatnya, 7 layer OSI dan cara kerjanya serta proses enkapsulasinya.
Ini adalah Bab ke 3 dari Seri Materi Networking Model.
… dan materinya 89% mirip dengan bab sebelumnya sehingga tidak saya ulang disini.
Oleh karena itu,
Sebelum melanjutkan, saya sarankan kamu sudah memahami 2 bab yang sudah kita bahas sebelumnya:
- Bab 1: Networking Model – Overview mengenai OSI Model dan TCP/IP Model
- Bab 2: Penjelasan TCP/IP – Lengkap tentang fungsi setiap layer dan enkapsulasinya.
Open Systems Interconnection (OSI) Reference Model
Akhir 1970, sebuah organisasi yang bernama International Organization for Standardization atau ISO berinisiatif untuk membentuk sebuah standar jaringan komputer.
Awal mulanya karena kondisi dunia jaringan komputer pada masa itu masih acak-acakan. Setiap vendor menggunakan standar networking model mereka sendiri.
Satu masalah terbesar adalah adanya kesulitan ketika menghubungkan 2 perangkat dari vendor yang berbeda. Kala itu Internet Suite (yang sekarang kita kenal dengan TCP/IP) juga masih dalam perkembangan yang sulit.
Disinilah OSI model terbentuk dengan membuat aturan-aturan yang terdiri atas 7 lapisan. Ini kita kenal dengan 7 layer OSI, atau OSI Layer.
Kenapa OSI Model Tidak Menjadi Standar?
Alasannya karena OSI model ini sifatnya sangat formal, sehingga perkembangannya pun sulit. Makanya TCP/IP menjadi lebih berkembang dan digunakan.
Kutipan dari Buku Kurosse Ross “… in fact, the inventors of the original OSI model probably did not have the Internet in mind when creating it.”
Yep, masa itu adalah masa-masa perkembangan dunia internet, yang pengembangannya dipimpin oleh ARPANET, induk TCP/IP itu sendiri.
Lantas, apakah saya perlu memahami OSI model?
Jawabannya, ya. Sangat perlu.
Sebenarnya secara konsep dasar, OSI model dan TCP/IP model memiliki tujuan dan cara kerja yang sama, yakni memiliki lapisan dan setiap lapisan mendefinisikan protocol yang berjalan di dalamnya.
Lanjutan kutipan diatas “Nevertheless, beginning in the late 1970s, many training and university courses picked up on the ISO mandate and organized courses around the seven-layer model”
“Because of its early impact on networking education, the seven-layer model continues to linger on in some networking textbooks and training courses.”
Yep, kita ketahui sendiri hingga sekarang, referensi jaringan komputer sekarang tetap mengacu ke OSI model.
Oleh karena itu, jangan heran kalau orang-orang masih asik menyinggung OSI layer.
OSI Sebagai Reference Model
Saat kita berbicara tentang layer 2, kita semua sepakat bahwa yang dimaksud adalah “layer 2 data link”, lalu berfikir… oh itu switch.
Begitu pula saat kita berbicara tentang layer 3, tentulah kita mengerti bahwa yang dimaksud adalah “layer 3 network”, kemudian paham… oh mengacu ke router dan packeting.
Begitu bukan? Sama juga hal nya saat kita berbicara tentang “layer 4 transport”, tidak lain yang kita pahami adalah TCP dan UDP.
Ini akan menjadi berbeda di TCP/IP, tergantung version yang kita maksud. Layer 2 di TCP/IP, bisa jadi internet layer, bisa jadi data link layer.
Begitu juga layer 3 di TCP/IP, bukan network layer, melainkan transport layer.
Berikut kesimpulan yang bisa kita ambil:
- OSI dijadikan referensi saat kita berbicara tentang networking model. Baik nama layernya maupun urutan layernya.
- Perangkat sekarang berjalan di TCP/IP, bukan OSI, sesuai alasan yang sudah saya jelaskan diatas.
7 Lapisan OSI dan Protokolnya
Sebelum mensimulasikannya secara langsung, pastikan kamu sudah memahami fungsi 7 layer OSI dan protokol-protokolnya. Seperti berikut:
Sekali lagi saya tekankan, dalam pembelajaran, kita mengacunya ke OSI model. Di ujian CCNA juga seperti itu, saat menyinggung networking model pasti yang dimaksud adalah OSI model.
Cara menghapalnya gampang, kamu bisa menggunakan singkatan seperti ini:
- All People Seems To Need Data Processing (layer 7 ke layer 1)
- People Do Need To See Pamela Andreson (layer 1 ke layer 7)
- .. atau yang lebih eksterm, APSTNDP.
dah
Intinya harus hafal 😛
Fungsi Lapisan OSI Model
Menyediakan antarmuka antara aplikasi dan protokol. Misal browser dengan http. Putty dengan telnet. dst.
Mendefinisikan dan menentukan format seperti ASCII, text, binary, JPEG. Juga enkripsi.
Mendefinisikan bagaimana komunikasi dimulai, dikontrol dan dihentikan (oleh karena itu disebut session).
Host to host connection, pembentukan koneksi, disini terjadi error recovery dan flow control.
Memiliki 3 fungsi utama, pengalamatan logic, routing, dan menentukan rute terbaik.
Menentukan aturan ketika perangkat mengirim data melalui media kabel/nirkabel.
Menentukan karakteristik fisik media, seperti nilai tegangan, konektor, jumlah pin, dst.
Dari layer teratas hingga layer 3 network, saya sudah menjelaskan detil cara kerjanya di bab sebelumnya dengan skenario HTTP, DNS, hingga pengiriman packet.
Untuk layer 1 dan layer 2 , bisa dengan memahami perbedaan cara kerja hub dan switch, serta router. Pastikan kamu sudah memahami benar-benar tentang collision domain dan broadcast domain.
Kamu dapat membacanya di tulisan: “Dasar Jaringan Komputer“.
Proses Enkapsulasi dan Deenkapsulasi di OSI Model
Jika di TCP/IP menggunakan istilah packet, frame, segment, bits. Di OSI kita menggunakan istilah PDU (Protocol Data Unit).
Nah, disinilah term OSI tidak memenangkan pasar 😀
Siapa yang mengerti kalau kita bilang l2pdu, l3pdu, jarang yang paham. Sebaliknya kita gunakan istilah frame atau packet.
OSI memiliki term mereka sendiri.

Meski begitu, bukan berarti berbeda arti. L3pdu tetaplah kita kenal dengan packet, l4pdu adalah segment. Begitu seterusnya.
Proses enkapsulasi dan deenkapsulasinya tidak ada beda dengan yang sudah saya bahas di bab TCP/IP.

Manfaat Menjadikan OSI Model Sebagai Acuan Pembelajaran
Mungkin kamu berfikir, “kalau yang dipakai TCP/IP, kenapa kita sampai saat ini mengacunya ke OSI model”. Kenapa tidak migrasi saja sepenuhnya ke TCP/IP.
Berikut alasannya:
- Jika kamu sudah menyelesaikan bab sebelumnya tentang TCP/IP, kita ketahui bahwa TCP/IP sangat kompleks.
- Sedangkan OSI model bersifat lebih less-complex.
- Jadi, pemahaman cara kerja, proses enkapsulasi dan deenkapsulasinya sering mengacu ke OSI agar lebih mudah dipahami.
Well. Singkat saja untuk materi kali ini.
Selanjutnya kita akan mensimulasikan langsung menggunakan GNS3 dan Wireshark. Jika belum mengenal apa itu GNS3, silakan simak tulisan tentang “Belajar GNS3” dari dasar mengenal fitur-fiturnya.
… atau jika kamu tertarik, bisa membaca tulisan saya tentang “Cara Mudah Memahami OSI Model” dengan memanfaatkan simulation mode di packet tracer.
Sampai ketemu di bab berikutnya.
Blog favorite yg sangat bermanfaat. Big thanks karena sudah membagi ilmunya kak..
Hi Fathur
Maksudnya menghafalkan All People Seems To Need Data Processing (layer 7 ke layer 1), lalu mengetahui inisialnya APSTNDP, lalu mengingat lagi kalau A itu application, P itu presentation, dst?
Lebih baik yang gampang aja:
Anak Papa Suka Tahan Napas Dekat Papa
Blog nya sangat membantu, Thanks kak 🙂
Keren bang… ditunggu bab selanjutnya yaa
thanks alot of information keren banget